Sabtu, 02 Maret 2013

Musikalisasi Puisi in SMADA


Biar saja

Sekejap layu, lusuh, rapuh, membisu
Terseok dalam butiran harapan kosong
Terkulai dalam lamunan bayang semu
enggan bercengkrama dalam nyata
Resah akan hadirnya sayat derita
Kala kaki terpaksa melangkah,
Hamba takut kehilangan nurani yang bersih

Biar saja merpati melamun murung
Atau biar saja mereka berkicau ramaikan senja
Biar saja angin mengoyak ranting
Biar saja semilirnya runtuhkan yang letih
Biarkan saja semua itu berjalan semestinya..
Hamba mohon biarkan saja...



Aku Ingin Pulang :'(


Entah harus kumulai darimana cerita cinta yang tak pernah berujung ini. Sekalipun kuikuti hingga aku letih, tak pernah kutemui ujung dari perjalanan yang begitu jauh. Hingga akhirnya aku bersimpuh, merintih, dan mulai memasrahkannya pada yang maha mencintai. Ku lepas semua penatku dan mencoba berbaring ditengah padang luas yang penuh ilalang.
Kupandang sekeliling, tak ada siapapun yang kupikir bisa memegang tanganku dan membawaku pulang. Aku ingin pulang. Aku ingin kembali pada kedamaian yang pernah kurasakan dahulu. Aku ingin bergerak mundur setelah aku tau disini begitu pedih. Kupandang sekeliling lagi.
read more...

Did Did Did 'Nyu'


Fajar yang hening untuk jiwa yang lusuh..

Tepat pukul 05.00 WIB, kau menggugahku untuk segera beranjak dari tempat tidur untuk menemuimu. Mengikuti rencanamu untuk berjalan-jalan dipagi hari. Ralat, bersepeda motoran dipagi hari untuk sekedar keliling kota pisang (Lumajang). Hah ? Yang benar saja. Batinku mengeluh saat kau lontarkan ajakan itu. Jam segitu aku masih menikmati empuknya kasur dan menggeliat seksi, masih meresapi mimpi yang tak sempat kujamah karena kau buru buru membangunkanku. Belum ada rencana untuk pergi dengan siapapun termasuk denganmu. Otak dan perasaanku masih belum bisa berkoordinasi maksimal. Belum mencapai titik puncak keharmonisan organ. Kakiku juga belum siap melangkah lebih pagi dari biasanya. Dan mataku belum siap melihat dunia lebih gelap dari semestinya. 
‘Ya sudah jam 6,’ aku mengambil keputusan. Dengan sedikit terpaksa karena takut menyinggung perasaanmu jika kutolak mentah-mentah.
‘Oke,’ balas smsmu hambar.
‘Tapi pulang jam 8.’
‘oke Deal !’ jawabmu hambar lagi. Ah sial. Kau selalu seperti pataya yang lupa digarami.
Dan pagi itu seperti yang sudah direncanakan aku mandi lebih pagi, mengenakan jeans hitam dengan jaket ijo. Itu baju yang selalu kugunakan ketika aku sedang malas menyetrika. Penampilanku biasa saja dengan rambut yang tergerai awut-awutan. Lagi malas berdandan. Dengan mata agak menyipit ku keluarkan motorku. Sesekali kesandung dan salah memakai sendal. Kejedot pintu juga tak dapat kuhindari. Brengsek.
Aku berangkat
 sent to ‘something’. Message sent !
1 menit kemudian.
1 new message – open -
from something :
‘oke. Entar kalau sampai gerbang sms ya.’
Fiuh. Aku mulai melajukan motorku dengan malas. ‘seharusnya jam segini aku masih tidur.’ 

read more ...